E-mail : pasek.trunyan@gmail.com
=

Arti Lagu Kerohanian dan Jenis-jenisnya

- Arti Lagu Kerohanian

Lagu kerokhanian memiliki peranan penting dalam semua peribadatan Hindu. Lagu kerokhanian Hindu dinamakan " Dharma Gita ". Jadi Dharma Gita sesungguhnya adalah lagu kerokhanian atau lagu keagamaan yang berisi pesan-pesan tentang ajaran kebenaran, keadilan, dinyanyikan dengan menggunakan aturan-aturan tertentu.

Pada umumnya syair-syair Dharma Gita disusun dengan deretan kata-katanya dipercaya memiliki daya kekuatan yang dapat menuntun jiwa dan perasaan seseorang menuju suasana yang hening dan hidmat.

Dalam
fungsinya dharma gita menjadi salah satu unsur yang mengiringi doa-doa / puja mantra yang diucapkan oleh pemimpin upacara. Ada lima suara dipadukan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan upacara-upacara tertentu agama Hindu yakni upacara mantra pemimpin upacara, alunan dharma gita, alunan suara gamelan, suara kentongan, dan gemerincing suara genta ( Bajra ), membuat suasana yang mampu menciptakan getaran kerokhanian menuju terciptanya suasana bhakti kepada Hyang Widhi sebagai obyek yang dituju atau diharapkan hadir.

Dharma Gita adalah kegiatan sebagai wujud bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi dengan jalan menyanyikan atau melantunkan kidung-kidung suci keagamaan.

Dalam suatu kegiatan ritual, dharma gita dinyanyikan dengan tenang, dengan ritme dan aturan-aturan tertentu yang diucapkan secara berulang-berulang pada jenis nyanyian yang cocok.

Disamping amanat yang tertuang dalam syair-syair dharma gita menjadi media pemahaman ajaran agama, dharma gita juga mengajarkan tentang nilai-nilai estetika atau keindahan yang dituangkan dalam bentuk irama yang indah didengar.

Dapat dikatakan dharma gita di dalamnya terkandung ajarara agama, susila, tuntunan hidup, serta menggambarkan keagungan Hyang Widhi dalam berbagai manifestasiNya.

Read More......

Unsur-Unsur Bhuwana Alit

Bhuwana Alit berarti alam kecil atau dunia kecil, yaitu suatu istilah untuk menyebutkan bersemayamnya Sang Hyang Atma.

Yang termasuk Bhuwana Alit adalah tubuh manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Manusia adalah makhluk yang tertinggi karena manusia adalah makhluk yang berfikir, berbudaya dan memiliki Tri Pramana ( Bayu, sabda dan idep). Hewan memiliki dwi permana (bayu dan sabda) sedangkan tumbuhan memiliki eka pramana (bayu).


Bhuana Alit juga disebut Microcosmos. Tubuh manusia selalu mengalami perubahan (yang tidak kekal), tetapi atma yang menempati tubuh itu kekal.

Bhuwana Alit atau tubuh manusia, tumbuhan dan binatang ini terbentuknya sama seperti Bhuwang Agung yang pertemuan Purusa dan Prakerti.
- Purusa adalah unsur dasar yang bersifat kejiwaan.
- Prakerti adalah dasar yang bersifat kebendaan.

Unsur Purusa itu menjadi jiwatman, sedangkan unsur Prakerti menjadi badan manusia.

Tri Antah Karana adalah merupakan alat batin manusia yang sangat menentukan watak/karakter seseorang.
Tri Antah Karana yaitu :

1. Buddhi fungsinya untuk menentukan keputusan (kebijaksanaan yang tertinggi).
2. Manas fungsinya untuk berfikir.
3. Ahamkara fungsinya untuk merasakan dan bertindak (sifat ego manusia).

Panca Tan Mantra menjadi indra penilai (Panca buddhindriya) yaitu :

- Sabda menjadi Srotendriya (indra yang terletak di telinga)
- Sparsa menjadi Twikindrya (indra yang terletak dikulit)
- Rupa menjadi Cakswindrya (indra yang terletak dimata)
- Rasa menjadi Jihwendriya (indra yang terletak pada lidah)
- Gadha menjadi Ghranendriya

Panca Tan Mantra berevolusi kemudian menjadi Panca Maha Bhuta. Panca Maha Bhuta menjadi unsur pembentuk tubuh manusia/jasmani manusia yaitu :
- Akasa menjadi rongga-rongga dalam tubuh serta rongga mulut, rongga hidung, rongga dada dan rongga perut.
- Bayu menjadi udara dalam badan yang juga disebut prana seperti pernafasan dan sebagainya.
- Teja menjadi panas dalam tubuh seperti suhu tubuh dan sebagainya
- Apah menjadi segala yang cair dalam tubuh seperti darah, keringat, ludah, air kencing dan sebagainya
- Prthiwi menjadi segala yang bersifat dalam tubuh seperti tulang, otot, daging dan sebagainya.

Tubuh manusia terdiri dari tiga lapisan badan disebut Tri Sarira :
- Stula Sarira : lapisan badan kasar
- Suksma Sarira : lapisan badan halus
- Antakarana Sarira : lapisan badan paling halus / penyebab.

Read More......

Sapta Rsi

Sapta Maha Resi penerima wahyu dalam kitab suci Weda :

1. Rsi Gritsamada
Rsi Gritsamada lahir dari keluarga Angira, beliau Rsi yang rajin dan tekun, Rsi Gritsamada berjasa bagi kita, beliau mengumpulkan mantram-mantram Weda. Beliau banyak menulis mantra Reg Weda.

2. Rsi Wiswamitra
Wiswamitra adalah Rsi yang banyak disebut-sebut, wahyu yang beliau terima dihimpun dalam Weda. Pada mulanya Wiswamitra dikenal sebagai keturunan ksatria atau penguasa, karena ketekunannya dalam belajar beliau akhirnya dikenal sebagai Maha Rsi.


3. Rsi Wamadewa
Wamadewa sangat banyak menulis ayat-ayat Weda. Dalam cerita dikatakan Rsi Ramadewa telah mencapai penerangan sempurna semasih dalam kandungan ibunya, keajaiban sering terjadi dalam kehidupannya. Wamadewa sudah biasa berbicara dengan Dewa Indra dan Dewa Aditi.

4. Rsi Atri
Atri lahir dilingkungan keluarga Brahmana, keluarga Atri banyak menerima wahyu. Sebagai warga Brahmana, Rsi Atri sejak kecil hidup dalam lingkungan disiplin Brahmana, ada tiga puluh enam keluarga Atri yang mampu menerima wahyu. Rsi Atri dan keluarganya sungguh besar jasanya bagi kita semua.

5. Rsi Bharadwaja
Pada masa Rsi Bharadwaja, kegiatan menghimpun ayat Weda tetap dilanjutkan. Rsi Bharadwaja selalu berpikir suci, beliau sangat rajin mengumpulkan ayat-ayat Weda.


6. Rsi Wasista
Nama Wasista banyak disebutkan dalam Maha Bharata, Wasista adalah seorang Rsi. Beliau tinggal di hutan Kamyaka, beliau belajar di tempat yang sepi jauh dari keramaian. Beliau banyak menambah ayat-ayat Reg Weda.

7. Rsi Kanwa
Maha Rsi Kanwa adalah orang suci, beliau menerima banyak wahyu. Karena kesuciannya beliau sangat dicintai. Hyang Widhi menganugrahkan kesabaran kepada beliau, Rsi Kanwa sangat bijaksana, pribadinya dikagumi banyak orang.

Read More......

Weda

- Catur Weda dan isi Pokoknya

Kata Weda berasal dari bahasa Sansekerta dari akar kata "Vid" (Wid), yang berarti tahu (mengetahui) dan kata Veda (Weda) berarti pengetahuan (pengetahuan suci). Kalau kata weda ditulis dengan aksara (a panjang), maka kata Weda berubah artinya menjadi suatu kata-kata yang diucapkan dengan aturan-aturan tertentu atau dilagukan.


Weda itu sebagian besar adalah nyanyian-nyanyian untuk memuja Tuhan. Nyanyian-nyanyian itu adalah nyanyian suci yang berbentuk puisi. Peraturan-peraturan puisi dalam Weda disebut Chanda. Orang yang menghayati dan mengamalkan ajaran Weda akan mendapatkan kerahayuan.

Bahasa yang dipakai dalam Weda adalah bahasa Sansekerta.

Catur Weda terdiri dari empat hinpunan/Samhita.

1. Reg Weda/Rg Weda Samhita, yaitu kumpulan mantra yang memuat ajaran-ajaran umum tentang pemujaan. Adapun yang menulis kitab Rg. Weda samhita ini adalah Bhagawan Byasa yang dibantu oleh Bhagawan Pulaha.

2.
Sama Weda/Sama Weda Samhita, yaitu kumpulan mantra yang memuat tentang lagu-lagu pemujaan. Kitab ini ditulis oleh Bhagawan Byasa yang dibantu oleh Bhagawan Jaimaini.

3. Yayur Weda/Yayur Weda Samhita, yaitu kumpulan mantra yang memuat tentang pokok-pokok ajaran yadnya. Adapun yang menulis kitab ini adalah Bhagawan Waicapayana atas perintah Bhagawan Byasa selaku gurunya.

4. Atharwa Weda/Atharwa Weda Samhita, yaitu kumpulan mantra yang memuat tentang mantra-mantra yang bersifat gaib atau magic.
Kitab ini ditulis oleh Bhagawan Sumantu atas perintah Bhagawan Byasa selaku gurunya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang menulis kitab Catur Weda itu adalah Bhagawan Byasa dengan dibantu oleh empat orang muridnya.

Weda adalah sumber ajaran agama Hindu. Dari Weda inilah ajaran agama Hindu mengalir, karena itulah semua ajaran-ajaran Hindu berjiwa Weda.

Weda adalah santi, yaitu kitab Suci Agama Hindu yang memuat ajaran-ajaran suci yang berasal dari wahyu (sabda suci). Tuhan yang sama sekali tidak boleh diragukan lagi kebenarannya.

Read More......

Unsur - Unsur Bhuana Agung

Bhuwang Agung artinya alam besar atau jagat raya yang kita muliakan karena keluhuran dan kemampuannya untuk memberikan kehidupan kepada semua makhluk tanpa henti-hentinya.


Bhuana agung juga disebut Macrocosmos. Terjadinya Bhuana Agung atau alam semesta ini diciptakan oleh Sang Hyang Widhi pada waktu Sresti (penciptaan) dan akan kembali pada waktu Pralaya.


Pada waktu masa Sresti (penciptaan) disebut "Brahma Dewa" (siang hari Brahma) dan pada masa Pralaya (kiamat) disebut "Brahma Nakta" (malam hari Brahman).

Lingkaran dari Utpeti, Sthiti, dan Pralina dari alam semesta disebut "Akalpa" yaitu sehari dan semalam Brahman disebut "Brahman Kalpa".

Pada permulaannya ketika dunia ini belum ada yang ada hanyalah Sang Hyang Widhi sebagai Nirguna Brahman yang berwujud :
- Sepi
- Sunyi
- Kosong
- Hampa

Kemudian lebih lanjut Sang Hyang Widhi menjadikan dirinya Saguna Brahman yaitu mulai ada aktivitas keduniawian.

Dalam tahap ini Sang Hyang Widhi menciptakan unsur Purusa dan Prakerti.

- Purusa adalah unsur dasar yang bersifat kejiwaan.

- Prakerti adalah unsur dasar yang bersifat kebendaan.

Kedua unsur tersebut : Purusa dan Prakerti bersifat tak dapat diamati (abstrak) dan tanpa permulaan.

Prakerti yang merupakan asas kebendaan memiliki Tri Guna yaitu :

- Satwam sifat dasarnya terang, bijaksana

- Rajas sifat dasarnya aktif, dinamis dan rajin

- Tamas sifat dasarnya berat, malas dan lamban

Dari ketiga Tri Guna pada awalnya Sattwam yang lebih kuat menyebabkan lahirnya Mahat yang artinya Maha Agung.

Dari Mahat lahirnya Buddhi, dari Buddhi lahirlah Ahamkara, dari Ahamkara lahirlah manas.

- Buddhi adalah benih kejiwaan tertinggi, fungsinya adalah untuk menentukan keputusan.

- Ahamkara adalah asas individu, ego, berfungsi untuk merasakan.

- Manas adalah alam pikiran yang gunanya untuk berpikir.

Dari Manas selanjutnya lahirlah Panca Tan Mantra yaitu lima benih unsur yang sangat halus, terdiri dari :

a. Sabda Tan Mantra adalah benih suara

b. Rupa Tan Mantra adalah benih dari sari warna

c. Rasa Tan Mantra adalah benih sari rasa

d. Gandha Tan Mantra adalah benih sari bau

e. Sparsa Tan Mantra adalah benih sari raba, sentuhan

Setelah melalui proses evolusi yang amat panjang lahirlah lima unsur yang lebih kasar. Kelima unsur ini disebut Panca Maha Butha yang terdiri dari :

a. Akasa atau Ether timbul dari sabda dan sparsa tan mantra

b. Bayu atau hawa timbul dari sabda dan sparsa tan mantra

c. Teja atau panas timbul dari sabda dan rupa tan mantra

d. Apah atau cair timbul dari sabda, sparsa, rupa dan rasa tan mantra

e. Pretiwi atau padat timbul dari kelima unsur tan mantra

Bhuwana Agung terbetuk dari lima macam unsur yang disebut Panca Maha Bhuta terdiri dari :

1. Akasa yaitu Ether atau ruang angkasa

2. Bayu yaitu udara yang ada disekitar manusia. Makhluk-makhluk lain sehingga bisa hidup.

3. Teja yaitu panas, sinar yang memberikan penerangan pada alam semesta ini seperti, Matahari dan api.

4. Apah yaitu Zat cair yang terdiri dari : Air, minyak

5. Pertiwi yaitu Zat padat yang terdiri dari : Tanah, Karang, Batu.

Akhirnya dari unsur Panca Maha Bhuta berkembanglah Bhuana Agung dengan segala isinya : Matahari, bumi, planet-planet yang ada di jagat ini
.

Read More......

Hari Suci berdasarkan Pawukon (Bag. 3)

21. Hari Saniscara, Kliwon Wuku Uye, disebut Hari Tumpek Kandang.

Pada hari suci ini yang dipuja Ida Bhatara Siwa dalam manifestasiNya sebagai Sang Rare Angon. Beliau adalah penguasa semua binatang baik kecil maupun yang besar. Pada hari ini dilaksanakan pemujaan pada tempat suci untuk memohon keselamatan semua binatang termasuk yang dipelihara. Secara religi para binatangpun dibuat upacara otonan, agar para binatang itu menjadi selamat adanya.


22. Hari Sukra Wage Wuku Wayang, disebut juga Wananing Cemeng (Alapaksa).

Bedasarkan hitungan Pawukon, hari ini disebut hari pertemuan wuku Wayang dengan wuku Sinta. Menurut kepercayaan umat hari ini dipandang leteh (kotor). Pada hari ini pantang dilaksanakan ucara pembersihan / penyucian. Umat di Bali khususnya pada hari ini biasanya memasang paselag (tanda silang) dihulu hati dengan sarana kapur sirih atau memasang seselah dari daun pandan dibawah tempat tidur dan keesokan harinya dibuang dipekarangan rumah yang dilengkapi dengan canang.

23. Hari Sabtu Kliwon Wuku Wayang, disebut Tumpek Wayang.

Hari ini merupakan pujawali Bhatara Iswara. Umat melaksanakan persembahyangan dan pemujaan dengan sarana kesenian sebagai pralingganya seperti wayang, gong, gender, gambang dan yang lainnya. Tujuanya adalah mengadakan pemujaan kehadapan Ida Bhatara Iswara agar beliau memberikan manfaat yang mulai dari saluran aktifitas umat manusia.

24. Hari Saniscara Umanis Wuku Watugunung, disebut Hari Raya Saraswati.

Hari ini merupakan pujawali Sang Hyang Aji Saraswati. Umat Hindu meyakini bahwa hari ini merupakan hari turunnya ilmu pengetahuan/Veda. Umat Hindu melakukan persembahan dan pemujaang dengan menggunakan Pustaka (Lontar, Buku, Prasasti) dan yang lainnya sebagai pralingga Sang Hyang Aji Saraswati. Tujuannya adalah memohon kepadanya agar umat di Anugrahi kecerdasan serta selalu dapat berpikir positif dalam hidup dan kehidupan ini.

Pada hari pemuajaan umat diharapkan dapat melaksanakan Bratha, seperti tidak membaca dan menulis.

25. Hari Redite Pon Wuku Sinta, disebut Hari Banyu Pinaruh.

Pada hari ini umat melaksanakan pembersihan diri, seperti berkemas pada sumber air pada saat matahari baru terbit dengan menggunakan air kumkuman. Setelah itu dilaksanakan pemujaan dan persembahyangan ditempat suci, dilanjutkan memohon tirtha dan menikmati haturan yang telah dipersembahkan.

Read More......

Hari Suci berdasarkan Pawukon (Bag. 2)

11. Hari Soma Pon Wuku Dunggulan, disebut juga hari Penyajaan.

Pada hari ini biasanya, dalam praktik kehidupan sehari-hari para umat membuat jajan untuk persiapan yang akan dipersiapkan pada hari Galungan. Jajan yang dibuat beraneka ragam macam warna, jenis dan nama.

Umat hendaknya melaksanakan persembahyangan, memohon kehadapannya agar dapat lebih sungguh-sungguh meningkatkan pengendalian dan kesucian diri sehingga berhasil memenangkan kebenaran pada setiap langkah.

12. Hari Anggara Wage Wuku Dungulan, disebut Hari Penampahan Galungan.

Aktivitas yang lebih menonjol pada hari ini adalah acara memotong hewan (Nampah), dilanjutkan dengan mengolah daging yang diperoleh dari tempat memotong hewan. Olahan yang dibuat untuk perayaan Galungan.


13. Hari Budha Kliwon Wuku Dungulan, disebut Hari Raya Galungan.

Hari ini merupakan hari pujawali dan Payogan Sang Hyang Dharma. Umat Hindu melakukan persembahyangan di tempat-tempat suci (Pura Kahyangan Jagat/Desa, Kawitan, Padharman, Merajan/Sanggah) dan yang lainnya menurut keyakinan masing-masing. Semua tempat diupacarakan termasuk peralatan rumah tangga.

14. Hari Redite Wage Wuku Kuningan, disebut Hari Ulihan.

Pada hari ini diyakini oleh umat Hindu, bahwa para Dewa dan Roh suci Leluhur kembali ke PayoganNya masing-masing. Umat Hindu biasanya melaksanakan persembahyangan kehadapannya karena Beliau telah menganugerahkan umur panjang kepada kita sekalian. Pemujaan dan persembahyangan pada hari ini bertujuan untuk menyampaikan rasa hormat dan bhakti serta terima kasih.

15. Hari Soma Kliwon Wuku Kuningan, Hari Pemacekan Agung.

Pada hari ini umat melaksanakan persembahyangan kepada Bhuta Galungan agar Beliau kembali dan tidak menggoda umat manusia. Tujuannya adalah menyomyakan Sang Bhuta Galungan beserta kekuatan-kekuatanya. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada wuktu Sandhikala (sore) hari.

16. Hari Budha Pahing Wuku Kuningan.

Hari ini merupakan pujawali Ida Bhatara Wisnu. Umat hendaknya melaksanakan persembahyangan ditempat-tempat suci, guna memohon anugrahNya berupa kesejahteraan Alam Semesta beserta isinya.

17. Hari Sukra Wage Wuku Kuningan disebut Penampahan Kuningan.

Pada hari ini umat Hindu melaksanakan berbagai aktivitas dalam rangka mempersiapkan diri untuk menyambut hari Kuningan. Persiapan yang dimaksud adalah persiapan rohani, dengan melaksanakan pengendalian diri agar pikiran terlepas dari pengaruh-pengaruh yang kotor.

18. Hari Saniscara Kliwon Wuku Kuningan, disebut Hari Raya Kuningan, atau "Tumpek Kuningan".

Umat Hindu meyakini bahwa pada hari ini adalah kembali turunnya para Dewa diiringi oleh para Leluhur, untuk menyaksikan persembahyangan umatnya.

19.
Hari Budha Kliwon Wuku Pahang, disebut Hari Budha Kliwon Pengatwaka.

Hari ini rangkaian terakhir dari pada perayaan Galungan dalam kurun waktu enam bulan. Pada hari ini sisa upacara selama menyambut Galungan dan Kuningan, seperti : Lamak, gantung-gantungan, canang dan lainnya dibersihkan dan dibakar pada tempatnya masing-masing, selanjutnya abunya ditanam.

20. Hari Budha Wage Wuku Kelawu.

Hari ini merupakan pujawali Bhatara Rambut Sedana. Umat mengadakan persembahan kehadapan Beliau melalui pralingganya seperti emas, perak, permata dan kekayaan yang lainnya. Juga mengadakan persembahyangan ditujukan kehadapan Bhatara Rambut Sedana, untuk memohon AnugrahNya berbagai macam bentuk kemakmuran.





Read More......

Hari Suci Berdasarkan Pawukon (Bag. 1)

Pemujaan dan persembahan pada hari raya berdasarkan perhitungan Pawukon, antara lain :

1. Hari Soma Pon, Wuku Sinta disebut Hari Soma Ribek

Hari ini merupakan Payogan Bhatara Sri. Pemujaan ditujukan kehadapan Bhatara Sri sebagai sakti dari Bhatara Wisnu. Tujuanya adalah memohon panugrahan berupa kemakmuran. Pada hari ini umat Hindu sebaiknya pendalaman tentang ajaran-ajaran kerohanian.

2. Hari Anggara Wage, Wuku Sinta disebut Hari Sabuh Mas

Hari suci ini adalah merupakan hari suci pemujaan ditujukan kehadapan Bhatara Mahadewa dengan menggunakan sedana berupa emas, manik-manik ataupun kekayaan. Maknanya adalah agar setiap umat senantiasa menampilkan prilaku dan kepribadian baik setiap hari.

3. Hari Budha Kliwon Wuku Sinta disebut Pagerwesi.


Hari ini merupakan payogan Bhatara Siwa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Pramesti Guru. Beliau disertai oleh Dewa yang lainya, menciptakan dan mengembangkan kelestarian kehidupan didunia ini. Para umat hendaknya melakukan pemujaan kehadapan Sang Hyang Pramesti Guru, memohon pelestarian kehidupan yang abadi. Pemujaan dituntun oleh Sulinggih atau Pendeta, setelah mengadakan pemujaan umat hendaknya melaksanakan yoga samadhi.

4. Hari Saniscara Kliwon Wuku Landep, disebut Tumpek Landep.

Hari ini adalah merupakan hari pujawali Bhatara Siwa, dan payogan Ida Sang Hyang Pasupati, umat Hindu hendaknya melakukan pemujaan kehadapan Beliau agar berkenan menganugrahkan ketajaman pikiran serta ketangguhan dalam menghadapi perjuangan hidup ini.

5. Hari Redite Umanis Wuku Ukir.

Hari ini merupakan Pujawali Bhatara Guru. Umat sedharma hendaknya melakukan persembahyangan memuja Ida Bhatara Guru, memohon bimbingan agar dianugrahi pencerahan rohani sehingga kehidupan ini tentram.

6. Hari Anggara Kliwon Wuku Kulantri, disebut Anggara Kasih.

Ha
ri ini merupakan Pujawali Bhatara Mahadewa. Umat sedharma hendaknya melaksanakan persembahyangan, memohon kehadapan Bhatara Maha Dewa agar di anugrahi kesejahteraan dan kebahagiaan dalam hidup ini.

7. Hari Saniscara Kliwon Wuku Wariga.

Hari ini merupakan pujawali Ida Sang Hyang Sangkara. Beliau yang menciptakan dan melestarikan semua tumbuh-tumbuhan yang dapat memberikan kemakmuran dan kesejahteraan kehidupan yang abadi dunia ini. Upacara ini dilaksanakan dengan tujuan agar semua tumbuh-tumbuhan dapat
hidup dengan subur dan memberi buah serta buah-buahan yang bermutu terhadap kehidupan didunia ini. Umat diharapkan melakukan persembahyangan memuja Ida Sang Hyang Sangkara agar pikiran dapat tumbuh dan berkembang dengan suci, baik dan benar.

8. Hari Wraspati Wuku Sungsang disebut Sugihan Jawa.

Hari ini diyakini oleh umat Hindu sebagai hari turunnya para Dewa dah Roh-Roh pembersihan dan penyucian Bhuana Agung atau Alam Semesta, dilanjutkan dengan mengadakan persembahyangan memuja Ida Sang Hyang Widhi, para Dewa dan Roh Suci memohon keselamatan Alam Semesta. Umat juga diharapkan melaksanakan yoga Samadhi memohon keselamatan menyongsong kemenangan Dharma melawan Adharma.

9. Hari Sukra Kliwon Wuku Sungsang disebut Juga Sugihan Bali.

Hari ini adalah merupakan pembersihan dan penyucian Bhuana Alit ( diri sendiri ), umat Hindu hendaknya melaksanakan persembahyangan terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasiNya dan roh suci leluhur untuk memohon kehadapannya kesucian lahir dan batin.

10. Hari Redite Pahing Wuku Dungulan, juga disebut sebagai Panyekeban.

Hari ini diyakini oleh umat Hindu sebagai hari turunya Sang Hyang Kala Tiga Wisesa Yang akan menjadi Bhuta Galungan. Sang Bhuta Galungan adalah kekuatan Alam yang hendak menggoda serta memberikan cobaan umat manusia yang akan merayakan Hari Raya Galungan " Kemengan Dharma ". Oleh karena itu umat hendaknya melakukan persembahyangan, memuja kebesaran Tuhan / Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasiNya.





Read More......

Persembahan dan Pemujaan Kehadapan Para Dewa Berdasarkan Perhitungan Sasih :

1. Hari Purnama dan Tilem

Sasih menurut perhitungan Sastra Agama Hindu "Wariga" ada 12 banyaknya, antara lain: Kasa, Karo, Ketiga, Kapat, Kalima, Kaenem, Kapitu, Kawolu, Kasanga, Kadasa, Jyestha, dan Sadha. Setiap sasih terjadi satu kali Purnama dan satu kali Tilem. Pada umumnya sasih memiliki jumlah hari sebanyak tiga puluh hari. Sehari setelah purnama disebut panglong, dan sehari setelah tilem disebut Penanggal.

2. Hari Siwaratri

Hari Siwaratri dirayakan setiap setahun sekali, yaitu pada hari Purwaning Tilem Sasih Kapitu. Hari Siwaratri merupakan hari beryoganya Bhatara Siwa. Umat Hindu hendaknya mengadakan persembahan dan pemujaan atau persembahyangan kehadapan Bhatara Siwa untuk memohon keselamatan, kesucian lahir bathin serta terbebasnya pikiran kita dari kegelapan. Pemujaan hendaknya dilaksanakan ditempat suci seperti Pura dan Sanggah atau Merajan, selain mengadakan persembahyangan, pada hari ini sangat baik bagi umat melaksanakan Tapa, Bratha, Yoga, dan Samadhi, guna memohon pengampunan atas dosa yang dilakukan.

3. Hari Raya Nyepi

Hari Raya Nyepi (Tahun Baru Caka) dikaksanakan setiap Tahun sekali, yaitu pada pananggal apisan (pertama) sasih ke Dasa. Sebelum Hari Raya Nyepi dilaksanakan upacara pengerupukan dan Tawur Agung pada setiap Catur Weda (perempatan) Desa / wilayah. Sebelum upacara Tawur dilaksanakan upacara Mekiis ke Segara (Laut) atau sumber mata air, dengan tujuan untuk menyucikan pralingga Ida Bhatara yang disungsung oleh umat.





Read More......