E-mail : pasek.trunyan@gmail.com
=

Kebutuhan dan Keinginan yang Mana Harus Dipenuhi

Kata “kebutuhan” dan “keinginan” sepintas tidak menunjukkan makna yang berbeda karena kedua kata itu sama-sama bersifat “memerlukan sesuatu”. Hanya saja jika dicermati dalam konteks “apa yang diperlukan” itu dapat dijalaskan bahwa ternyata “kebutuhan” itu lebih menunjuk pada “barang apa yang diperlukan” sedangkan “keinginan” lebih meluas dan melebar sifatnya, bisa memerlukan barang (benda) bisa juga berupa “hasrat”, “kehendak” yang non kebendaan. Konkretnya, suatu yang bersifat “kebutuhan” itu cendrung kebendaan/material. Misalnya perihal kebutuhan dasar manusia yang tidak lain dari makan minum (pangan), pakaian (sandang) dan perumahan (papan). Sementara yang namanya “keinginan” bisa lebih dari sekedar memenuhi kebutuhan dasar.

Oleh karena cenderung bersifat kebendaan/meteria, maka “kebutuhan” itu ada dan bisa dibatasi pemenuhannya. Contoh, bila makanan yang disantap sudah membuat kita kenyang, selesailah pemenuhan rasa laparnya, setidaknya untuk saat itu. Sedangkan yang namanya “keinginan” apalagi jika kemauan, kesempatan dan kemampuan memungkinkan maka keinginan itu tak pernah bisa dibatasi pemenuhannya. Singkatnya, “kebutuhan” dapat dibatasi sesuai dengan tingkat kesanggupan seseorang untuk memenuhinya. Sedangkan “keinginan” semakin diikuti kian menjadi-jadi pemenuhannya.

Oleh karena itu bagi umat beragama, yang patut diwaspadai perkembangan kebutuhannya adalah bukan pada “kebutuhan” tetapi pada “keinginan”. Sebab jika keinginan selalu dipenuhi apalagi keinginan untuk memenuhi kebutuhan yang diluar batas-batas yang sifatnya wajar dan mendasar, maka seperti ucap kata Bhagavadgita II. 62 dan 63 ditegaskan : “dengan memikirkan benda jasmani, maka orang terbelenggu padanya, daripadanya lahir keinginan dan dari keinginan ini timbullah amarah, dari amarah timbul kebingungan, dari kebingungan hilang ingatan, dari hilang ingatan menghancurkan pikiran dan dari kehancuran pikiran ia pun musnah”.

Begitulah, bermula dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan mendasar berkembang menjadi keinginan yang melebihi kebutuhan itu sendiri. Akhirnya keinginan tidak melahirkan kebutuhan, melainkan menumbuhkan keinginan yang terus menerus mengalir seperti berjuta-juta aliran air sungai yang memenuhi samudra luas namun tak pernah “terpenuhi” atau “kepenuhan”. Filosof benar Mahatma Gandhi pernah berucap, “ Bumi sanggup memenuhi segala kebutuhan manusia tetapi tidak keinginannya”. Dan suratan kitab suci Bhagavadgita II. 71 mengamanatkan : “orang yang membuang semua nafsunya dan melangkah bebas tanpa keinginan, bebas dari perasaan “aku” dan “punyaku” ia mencapai kedamaian”.

No comments:

Post a Comment