E-mail : pasek.trunyan@gmail.com
=

Hidup Ini Diatur Oleh Hyang Widhi ?

Kitab suci Bhagavadgita, XVIII. 61 menyuratkan : “Iswarah sarwabhutanam, hriddese Arjuna tistati, bhramayam sarwabhutani, yantrarudhani mayaya” yang artinya kurang lebih : Yang Maha Esa bersemayam di dalam hati (jiwa) setiap makhluk, oh Arjuna, mengakibatkan mereka berputar (bergerak) oleh Sang Maya (kekuatan-Nya), ibarat makhluk-makhluk ini diletakkan di atas suatu alat (yang berputar).

Suratan sloka Bhagavadgita ini dengan tegas menyiratkan makna bahwa semua makhluk ciptaan-Nya bergerak atau berputar dengan “diatur” oleh gerakan-Nya. Gerakan-Nya itulah yang menyebabkan dunia dan kehidupan ini terus berputar dan makhluk hidup penghuninya berbuat. Itu artinya tanpa gerakan yang diatur oleh-Nya dunia ini akan berhenti berputar dan makhluk ciptaan-Nya pun berhenti kehidupannya (pralaya). Dengan demikian sesungguhnya tidak salah jika dikatakan bahwa gerak perbuatan manusia adalah gerakan-Nya juga. Sehingga timbul penafsiran, seakan-akan manusia “bergerak tanpa gerakan” atau “berbuat tanpa perbuatan”. Sebab semuanya serba “diatur” dan dikendalikan oleh-Nya. Tak ubahnya seorang dalang, Tuhan telah membuatkan scenario di mana setiap orang atau makhluk hidup lainnya mendapat peran yang berbeda satu sama lain dan wajib dilakoni sesuai aturan.

Dan ini berarti juga, setiap gerakan perbuatan yang dilakoni manusia, sebagai apapun sebagai maling, adalah sebuah proses “menjalani” peran diri-Nya. Mengapa harus diberi peran sebagai “maling”, tentunya harus dikaitkan dengan “pengalaman” perbuatan masa lalunya (karma wasana) yang boleh jadi “sangat menguasai” peran itu. Dalam konteks sradha karmaphala yang memberi imbas terhadap peran lanjutan yang akan diterima dalam episode kehidupan mendatang. Yang pasti, peran apapun yang didapat, baik atau buruk kesemuanya harus dikembalikan pada proses “penyadaran diri” untuk terus meningkatkan kedekatan pada-Nya.

Seorang penafsir kitab suci Weda khususnya Bhagavadgita, Shri Sadhu T.L. Waswani terhadap bunyi sloka diatas, memberi penjelasan bahwa “sebenarnya semua yang kita perbuat adalah perbuatan atau kehendak Yang Maha Esa itu sendiri yang bersemayam di dalam jiwa kita dan dalam jiwa setiap makhluk lainnya. Tuhanlah yang “membolak-balikkan” kita tanpa kita bisa berdaya atau menentang kehendak-Nya sedikitpun. Yang Maha Esa adalah ibarat dalang pertunjukkan. Yang mengatur segala-galanya baik segi kostum, tata ruang, penampilan dan semua gerak gerik dan dialog kita”.

Jika memang demikian adanya tentu kita tak dapat membantah kebenaran bahwa hidup kita adalah “diatur” oleh-Nya dan tentunya kita hanya wajib menjalankan sesuai peran yang didapat dengan tujuan akhir kembali pada Sang Pengatur itu sendiri.br />

No comments:

Post a Comment