Wuku Dungulan
- Redite atau Minggu Paing Wuku Dungulan
Disebut hari Penyekeban, yaitu hari baik untuk memulai melaksanakan pengendalian diri terhadap nafsu-nafsu negatif dalam menyongsong hari raya Galungan yang akan tiba. Saat ini pula mulai turunnya Sanghyang Kala Tiga Wisesa, menjelma menjadi Ki Bhuta Galungan, menguji ketabahan dan kewaspadaan manusia.
- Coma atau Senin Pon Wuku Dungulan
Disebut Penyajahan Galungan, bermakna sebagai hari yang baik untuk membuat persiapan jajan, sebagai lambang kesungguhan hati. Saat ini turun Sang Bhuta Dungulan masih memuji ketabahan dan kewaspadaan manusia dalam menyambut Galungan tiba.
- Anggara atau Selasa Wage Wuku Dungulan
Disebut hari Penampaan Galungan. Saat ini baik dipakai untuk memotong hewan seperti babi yang dijadikan sarana upakara Galungan berupa : sate, lawar, dan lain sejenisnya. Pada hari Penampaan ini Sang Bhuta Amangkurat, yaitu bhuta yang paling hebat menguji ketabahan dan kewaspadaan manusia.
Upacara dilaksanakan
Di natar atau halaman rumah (lebuh).
Sarana upakara berupa :
Segehan warna tiga berjejer, terdiri atas : warna putih 5 tanding, merah 9 tanding, dan hitam 4 tanding, memakai daging olahan dari babi yang lengkap berisi tetabuhan arak, berem, tuak, dan toya hening, serta segehan agung.
Sore harinya menjelang malam, semua anggota keluarga kecuali anak-anak yang belum tanggal giginya, dilaksanakan upacara mabyakala, maprayascita, setelah selesai dilanjutkan dengan memasang penjor.
- Galungan
Dirayakan pada hari Buda atau Rebo Kliwon wuku Dungulan, setiap 210 hari atau enam bulan sekali sebagai hari kemenangan dharma melawan adharma. Juga dikenal dengan nama hari Pawedalan Jagat, yang bermakna untuk memusatkan pikiran agar suci dan bersih disertai dengan melaksanakan upacara-upacara persembahan kehadapan para Dewa dan leluhur di semua tempat-tempat suci yang ada yaitu dari perumahan sampai ke parahyangan.
Sarana upakara berupa :
Untuk di sanggar, pemerajan, parhyangan terdiri atas tumpeng payas, pesucian, dan wangi-wangian.
Untuk di balai-balai terdiri atas : tumpeng pengambyan, jerimpen pajegan, sodan memakai daging babi diolah.
Pada semua bangunan dipersembahkan upakara seperlunya, sesuai dengan desa, kala, dan patra.
- Umanis Galungan
Dirayakan setiap hari Wraspati atau Kamis Umanis wuku Dungulan, sehari setelah Galungan.
Pelaksanaan upacara :
Untuk di sanggar, merajan, atau sejenis dengan itu, mempersembahkan wangi-wangian, air kumkuman, asep (dupa), dan setelah itu mohon tirtha Galungan.
Untuk ni natar sanggah : menghaturkan segehan sesuai dengan desa, kala, dan patra.
- Pemaridan Guru
Dirayakan setiap hari Saniscara atau Sabtu Pon wuku Dungulan. Upacaranya bermakna untuk pembersihan terhadap diri pribadi dan memohon tirtha pada pendeta. Selesai itu dilanjutkan dengan nyurud banten berupa “Tumpeng Guru” di Sanggah Kemulan bersama-sama keluarga, yang bermakna untuk memohon berkah keselamatan secara lahir dan bathin.
Tempat pelaksanaan upacara :
Di sanggah atai merajan
Upakara terdiri atas :
Ketupat banjotan atau kelan dampulan, canang meraka, dan wangi-wangian.
Upacara - Upacara Hari Raya Hindu Berdasarkan Pawukon
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment