E-mail : pasek.trunyan@gmail.com
=

Agama Hindu Berkiblat ke India

Canang Sari
Kalau kita sepakat bahwa agama pada dasarnya “hanya” merupakan “jalan” dalam mencapai Tuhan di mana didalamnya diberikan keleluasaan kepada umatnya untuk mencari dan menemukan jalan sendiri, maka sesungguhnya tidak ada seorang pun dan dengan dalih peraturan manapun untuk berhak “mempermasalahkan” jalan itu, maka tumbuh kembangnya bermacam pusat studi spiritual atau aliran-aliran keagamaan dalam intern suatu agama tidak lain merupakan evolusi rohani atau semacam pendakian spiritual. Ibarat uap air laut, meninggi menggumpal di dalam awan untuk nantinya jatuh menjadi hujan dan kemudian mengalir sesuai dengan alur yang dilalui dan pada akhirnya setelah melalui perjalanan waktu yang panjang, sampai juga ke “tujuan” laut, samudra luas. Itu berarti kiblat aliran air adalah laut (samudra).

Gedog Wayang
Begitupun dengan agama Hindu, adalah wajar dan benar kalau berkiblat ke India. Karena India atau yang dikenal dengan nama Hindustan adalah tempat asal muasal kelahiran agama Hindu. Tak seorang pun dapat mengungkiri kenyataan histories ini. Termasuk ajaran agama Hindu itu sendiri mutlak harus berkiblat kepada kitab Weda sebagai sumber dari segala sumber agama Hindu.

Permasalahannya sekarang, mungkin yang acapkali dipertanyakan (dipermasalahkan) adalah cara atau praktek suatu aliran keagamaan yang mentah-mentah meniru gaya tradisi atau budaya India, padahal di Bali (Indonesia) sudah mempunyai tradisi atau budaya yang mengakar. Seperti model atau cara berbusana ala India, kekidung dan kekawin diganti dengan nyanyian rohani India, bentuk-bentuk upacara ritual ala Bali dikesampingkan lalu memulai tradisi ritual gaya India.

Terhadap serba ala India yang berkaitan dengan tradisi atau budaya (unsure penampakan) sebenarnya boleh-boleh saja asal hanya untuk komunitas kelompoknya. Jadi tidak mengarah pada suatu gerakan untuk merevolusi segala tradisi atau budaya Bali menjadi India sentries. Begitu pula agama Hindu tetap memberi tempat yang layak untuk semua tradisi keagamaan yang benar tentunya. Dengan kata lain, jika misalnya seorang umat masuk atau mengikuti suatu kelompok atau aliran spiritual Hindu model India dan berhasil mendapatkan kebahagian batin serta meningkatnya spiritual yang bersangkutan, jangan lantas kacang lupa kulitnya. Apa yang sudah berhasil dicapai terus ditingkatkan dan apa ditinggalkan leluhur atau kawitan jangan dilupakan. Sang Dasaratha menjadi amat bijaksana, tidak saja karena mumpuni di bidang agama, bhaktinya kepada Tuhan, tetapi juga karena tetap “ngaturang sembah” kepada leluhur atau kawitan.

No comments:

Post a Comment