Soal busana hitam yang belakangan menjadi ciri dalam upacara kematian (Pitra Yajna) bukanlah pakaian seragam yang wajib atau harus digunakan. Bahwa soal warna busana terkait dengan kegiatan upacara yajna memang tidak disebutkan. Yang dijelaskan hanya menyangkut soal kelengkapan dan komposisi busana yang tentunya disesuaikan hanya menyangkut soal kelengkapan dan komposisi busana yang tentunya disesuaikan dengan tingkatan “pepayasan”, mulai dari payas alit, madya sampai agung (gede).
Perihal berkembangnya pemakaian busana hitam dalam upacara kematian, sebenarnya tumbuh dari kecendrungan umum (universal). Di mana warna hitam sudah lumbrah dihubungkan dengan warna kedukaan atau kesedihan. Sementara dalam pandangan Hindu, warna hitam bukanlah pertanda duka, sedih atau isyarat kematian. Bagi Hindu warna hitam justru berarti kehidupan dan kesuburan. Dewa Wisnu sebagai salah satu manfestasi Tuhan dalam prabhawanya sebagai pemelihara (sthiti) yang memberikan kehidupan dan kesuburan dalam pengider-ideran mengenakan busana warna hitam. Lebih dari itu, seperti halnya kehidupan, kematian dalam pandangan Hindu bukanlah sesuatu yang harus disesali, lalu larut dalam duka dan rasa sedih berkepanjangan.
Kehidupan dan kematian merupakan rta – hukum-Nya yang mau tidak mau harus diterima sebagai kehendak Tuhan. Di dalam kitam suci Bhagavadgita, II.11 dan 27 dipaparkan wejangan Sri Kresna kepada Arjuna yang ragu maju ke medan laga Bharatayudha lantaran diketahui akan jatuhnya korban, “Engkau berduka kepada mereka yang tak patut engkau sedihi, namun engkau bicara tentang kata-kata kebijaksanaan. Orang bijaksana tidak akan bersedih baik bagi yang hidup maupun yang mati, sesungguhnya setiap yang lahir kematian adalah pasti dan demikian pula setiap yang mati kelahiran adalah pasti, dan ini tak terelakkan, karena itu tak ada alasan engkau merasa menyesal (berduka/bersedih)”.
Menyimak suratan sloka Bhagavadgita di atas, jelaslah bahwa kematian sesungguhnya merupakan “peristiwa biasa” bagi-Nya, meski bagi kita amat luar biasa dirasakan sebagai suati kehilangan besar. Sejalan dengan pandangan itu, maka sebenarnyalah pertanda duka dengan mengenakan busana hitam, misalnya kematian, tidaklah berdasar. Apa yang menjadi gejala penyeragaman serba hitam dalam busana kematian tidak lebih dari kecendrungan mengikuti mode busana umum. Satu hal lagi, dalam Hindu soal busana bukanlah esensial. Busana justru lebih syarat dengan muatan local. Jadi soal busana terpulang pada cipta, rasa dan karsa budaya setempat, termasuk soal warnanya.
Busana Hitam Tidak Wajib
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete