Agama Hindu tidak mendoktrinkan ajarannya sebagai penjamin bahwa seseorang terutama ketika sudah meninggal akan otomatis mendapat sorga atu mencapai moksha hanya dengan melaksanakan upacara Pitra Yadnya (Ngaben) sesuai ketentuan padewasan yang sangat tepat dan disertai dengan iringan doa atau puja mantra seorang sulinggih yang mumpuni. Jika jaminan itu ada, alangkah mudahnya mencapai sorga atau moksha. Artinya seseorang yang semasa hidupnya berperilaku asubhakarma atau adharma tetapi mempunyai harta berlebihan tentunya bisa dengan mudah mencapai alam sorga dan atau moksha. Sebab dia mempunyai uang untuk menyelenggarakan upacara pengabenan dalam tingkatan uttama (besar) sekalipun, dan dengan jumblah sulinggih yang bisa ditentukan.
Jadi demikian persoalannya, uang atau materi agaknya telah menjadi penentu atau penjamin bagi pencapaian tujuan hidup umat Hindu. Bagi yang berkemampuan (kaya materi) tentu bukan masalah tetapi bagi orang yang miskin tentu akan lebih banyak menjadi penghuni neraka. Sementara alam sorga akan mejadi tempat bagi orang-orang yang semasa hidupnya kaya raya.
Bagi agama Hindu melalui ajaran Catur Purusartha telah ditegaskan bahwa melalui dharma kita wajib mencari artha guna memenuhi kama yang pada akhirnya merupakan bekal dalam mencapai moksha. Namun diingatkan artha bukanlah segala-galanya. Artha memang perlu bahkan penting untuk menunjang kelangsungan hidup dan kehidupan, tetapi artha tidak bersifat mutlak. Sebab artha hanya berfungsi sebagai alat bukan tujuan.
Dengan dewasa yang baik dan tepat, tingkatan upacara ngaben yang utama disertai dengan iringan puja mantra yang sulinggih juga merupakan alat Bantu yang bersifat ritual dan spiritual. Dewasa, upacara yadnya dan puja-puja sulinggih betapun tepat, utama dan mumpuninya tetap berbeda pada posisi sebagai upaya permohonan dan atau pengharapan dari pihak keluarga agar sang mati atmanya mendapat jalan yang baik dan benar dan selanjutnya memperoleh alam sorga atau mungkin bisa bersatu kembali pada sang Paramatma.
Soal apakah upaya itu berhasil atau tidak hanya Hyang Widhi yang maha penentu. Lagi pula sebagaimana disuratkan di dalam Kekawin Arjuna Wiwaha, bahwa “segala harta benda dan kebesaran di dunia ini tidak akan di bawa mati. Adanya artha hanya sebentar menunggu selama kita masih hidup, jika kita mati artha akan kembali berbohong. Dan yang akan setia mengikuti kemanapun kita pergi adalah sifat-sifat guna itu sendiri. “Kitab Niti Satra III.2 menambahkan : “tempat terakhir dari harta benda itu adalah sampai dirumah saja, tidak dapat di bawa mati, orang yang melayat dan keluarga sendiri hanya menghantarkan sampai di kuburan lalu pulang sambil menangis. Hanya karma/kerja yang baik atau buruk saja yang akan menghantarkan kita ke akhirat. “Demikianlah, bahwa teman setia sang atma untuk bisa mencapai sorga/moksha adalah karma sedang dewasa, upacara yadnya atau puja mantra hanyalah sebagai media penghantar semata.
Teman Sang Atma
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment