Hari Raya Saraswati dilaksanakan untuk memuja Sang Hyang Widhi dalam wujud Dewi Saraswati yaitu Dewanya ilmu pengetahuan. Hari raya Saraswati dilaksanakan pada hari Sabtu Umanis wuku Watugunung (enam bulan atau setiap 210 hari) sekali. Umat Hindu menghaturkan sesaji/banten Saraswati dan melakukan persembahyangan. Buku-buku ditata dengan rapi pada tempatnya kemudian kita haturkan banten Saraswati perlengkapan yang lainya.
Dengan tujuan untuk memohon berkah ilmu pengetahuan. Barang siapa yg mau belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh maka Dewi Saraswati akan menganugerahkan kita kepandaian untuk bekal hidup di dunia ini. Dengan ilmu pengetahuan hidup kita dimudahkan karena pengetahuan itu seperti senjata yang dapat mengalahkan musuh berupa kebodohan, kemiskinan dan kemelaratan.
Ilmu pengetahuan itu dilambangkan dengan wanita cantik bertangan empat dengan memegang seperti :
1. Genitri, melambangkan bahwa ilmu pengetahuan itu tidak habis-habisnya dipelajari.
2. Keropak, melambangkan tempat penyimpanan ilmu pengetahuan.
3. Wina, melambangkan seni budaya yang agung.
4. Teratai, melambangkan ilmu pengetahuan itu sangat suci.
Disamping itu ada juga lambang-lambang yang lain seperti :
5. Wanita cantik, melambangkan ilmu pengetahuan itu sangat menarik bagi semua orang.
6. Tangan empat, melambangkan Dewi Saraswati itu melebihi dari manusia biasa.
7. Angsa, melambangkan kebijaksanaan.
8. Merak, melambangkan kewibawaan.
9. Air, melambangkan bahwa ilmu pengetahuan itu terus mengalir dan terus berkembang.
Pelaksanaan upacara Saraswati dilaksanakan pada pagi hari, karena pada siang hari Dewi Saraswati sudah kembali ke kahyangan .
Sehari setelah hari Saraswati disebut hari Banyupinaruh, pada saat ini umat melakukan penyucian diri dengan cara mandi kelaut, ke sungai atau mandi dengan "air kumkuman" (air dicampur dengam berbagai jenis bunga) setelah menyucikan diri dilanjutkan dengan sembahyang memuja Dewi Saraswati memohon anugrah berupa kaweruhan/kepandaian.
Hari Raya Saraswati
Hari Raya Siwalatri
Hari Siwalatri diperingati setiap 1 Tahun sekali, tepatnya sehari sebelum tilem sasih kapitu (purwaning tilem kapitu) untuk memuja manifestasi Sang Hyang Widhi dalam wujud Dewa Siwa. Manusia yang diliputi oleh kegelapan, kebodohan dan ketidaksadaran (awidya) Memohon kepada Dewa Siwa agar dituntun ke jalan yang benar dan terang (widya).
Adapun brata Siwalatri yang patut kita laksanakan yaitu :
- Jagra artinya melek (begadang semalam suntuk)
- Mona artinya tidak boleh berbicara
- Upawasa artinya tidak boleh makan dan minum
Dalam pelaksanaanya boleh kita memilih salah satu brata diatas atau semuanya sekaligus, sangat disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan kita masing-masing. Hari raya Siwalatri ini erat kaitannya dengan cerita Lubdaka. Cerita ini dikarang oleh Empu Tanakung. Lubdaka adalah seorang pemburu binatang, pekerjaanya setiap hari membunuh, sehingga hidupnya Lubdaka penuh dengan dosa. Walaupun demikian pada saat meninggal Lubdaka masuk Sorga. Karena dia melaksanakan brata Siwalatri dengan baik.
Hari Suci Yang Berdasarkan Pertemuan Sapta Wara Dengan Panca Wara
1. Hari Anggara Kliwon, disebut Anggara kasih.
Hari Anggara kasih adalah merupakan payogan Bhatara Rudra. Beliau beryoga untuk menghilangkan segala kotoran yang menodai Alam Semesta. Para umat Hindu juga diharapkan untuk melaksanakan yoga, dalam usaha untuk menetralisir kekuatan-kekuatan kotor yang mempengaruhi tercemarnya kesucian jasmani dan rohani manusia.
2. Hari Budha Kliwon.
Hari ini adalah merupakan hari penyucian Sang Hyang Bayu. Pemujaan ditunjukan kepada Sang Hyang Nirmala Jati. Tujuannya adalah memohon keselamatan Tri Mandala (Tri Bhuana).
3. Hari Budha Wage, atau disebut juga Buda cemeng.
Hari ini adalah payongan Bhatari Manik Galih. Pemujaan ditujukan kehadapan Ida Sang Hyang Ongkara Amrtha dengan tujuan memohon sumber kehidupan di dunia ini.
4. Hari Saniscara Kliwon.
Hari ini adalah merupakan payongan Ida Sang Hyang Maha Wisesa. Hari ini sering disebut Tumpek dan namanya disesuaikan dengan nama wuku. Persembahan ditujukan kepada Sang Hyang Parameswara.