Partisipasi setiap warga negara dapat diwujudkan melalui pelaksanaan swadharma yakni tugas dan kewajiban masing-masing. Setiap orang bila mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing dengan baik, maka sesungguhnya telah berpartisipasi untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan bangsa dan negara tercinta. Tentang tugas dan kewajiban setiap warga negara pada umumnya dan seorang pemimpin pada khususnya, ajaran agama Hindu memberikan petunjuk bagaimana seharusnya seseorang menjadi umat beragama yang baik, sekaligus pula menjadi warga negara yang patuh. Sebab hakekatnya, bila telah patuh dan mentaati ajaran agama yang menjadi keyakinan hidup, maka yang bersangkutan juga akan menjadi warga negara yang patuh dan taat pula untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya kepada bangsa dan negara. Ajaran tentang kepatuhan atau disiplin hidup ini telah terumuskan dalam Dharma Agama dan Dharma Negara. Untuk melaksanakan Dharma Negara sudah semestinya berpijak pada Dharma Agama.
Setiap warga negara termasuk umat Hindu di Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam hukum dan pemerintahan , dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hubungan antara negara dengan warga negara dalam ajaran agama Hindu disebut dengan Dharma Negara.Artinya “bahwa umat Hindu melalui pendekat Dharma Negara ikut berperan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan serta memikul tanggung jawab masa depan bangsa dan negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD’45”. Demikian pula pemerintah atau negara hendaknya dapat menegakkan ajaran kepemimpinan, salah satu diantaranya yakni ajaran Astabrata sebagaimana diungkapkan dalam kekawin Ramayana.
Agama Hindu merupakan agama yang mengandung segala aspek kehidupan salah satunya mengajarkan asas kepemimpinan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin Hindu, yang diterangkan dalam ajaran Astabrata. Perkataan Astabrata terdiri atas kata “Asta” yang artinya delapan dan “Brata” yang artinya pegangan atau pedoman. Ajaran Astabrata ini terdapat dalam kekawin Ramayana yang diberikan oleh Sang Rama kepada Wibisana di dalam melanjutkan pemerintahan kerajaan Alengka.
Dalam slokanya menyebutkan tentang sifat Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menjadikan kekuatan bagi umatnya dan menggambarkan tentang kemampuan yang harus dimiliki oleh segenap pemimpin.Dalam slokanya disebutkan :
“Hyang Indra Yama Surya Chandranila Kuvera Baruna Agni nahan wwalu,
sira ta maka angga sang bhupati matang nira inisti astabrata”.
Ramayana XXV.52.
Artinya:
Dewa Indra, Yama, Surya, Chandra, Anila/Bayu, Kuwera, Baruna, dan Agni adalah delapan dewata (sifat dan sikapnya patut ditiru oleh seorang pemimpin agar meresap dalam jiwa dan raganya).
ASTABRATA
1) Indrabrata, para pemimpin hendaknya memiliki sifat dan sikap dewa Indra, dewa hujan yang merupakan sumber kemakmuran, dengan demikian seorang pemimpin hendaknya berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
2) Yamabrata, para pemimpin hendaknya memiliki sifat dan sikap seperti dewa Yama, yakni adil dalam menegakkan hukum dan keadilan.
3) Suryabrata, pemimpin hendaknya mampu memberi penerangan seperti halnya dewa Surya, disamping senantiasa meningkatkan tanggung jawab dan pengabdian seluruh rakyat yang dipimpinnya.
4) Chandrabrata, pemimpin hendaknya mampu memperlihatkan wajah yang tenang, kata-kata yang menyejukan dan mampu menarik simpati seluruh rakyatnya seperti halnya bulan memberikan penerangan dan kesejukan dalam kegelapan.
5) Bayubrata, pemimpin selalu mengetahui dan menyelidiki keadaan ataupun keinginan rakyatnya terutama mereka yang miskin dan menderita dan mampu mendengar jerit hati nurani mereka seperti halnya angin yang memberikan kesegaran.
6) Kuvera atau Danadhabrata, seperti halnya dewa Kuwera yang mampu mengendalikan uang dan kekayaan , demikian hendaknya seorang pemimpin dapat menggunakan uang dan kekayaan negara untuk meningkatkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
7) Varunabrata, artinya sifat dan prilaku seperti dewa Varuna (penguasa samudra raya), pemimpin hendaknya mampu membasmi berbagai penderitaan dan penyakit dalam masyarakat.
8) Agnibrata, yakni sifat dan prilaku sebagai dewa api, pemimpin hendaknya memiliki semangat yang berkobar dan berjiwa ksatria yang mampu menggerakkan masyarakat untuk mensukseskan program kerja serta memiliki kebijaksanaan untuk menatap masa depan rakyatnya.
Secara keseluruhan Astabrata memuat faktor-faktor dalam Human Relation untuk mengarahkan seorang pemimpin dalam memandang yang dipimpinnya sebagai manusia budaya. Memberikan kesenangan spiritual dan material yang adil, yang mempunyai inti sari dari keadilan sosial dan ajaran Tat Twam Asi.
Seorang pemimpin hendaknya selalu bersifat dan bersikap seperti apa yang telah diterangkan dalam ajaran Astabrata sehingga tercapainya tujuan hidup yang berupa keseimbangan jasmani dan rohani.
Read More......