Kata Saraswati berasal dari urat kata “Sr” yang artinya sesuatu yang mengalir, percakapan atau kata-kata. Di dalam kitab suci Weda, Saraswati dikenal pula sebagai nama sungai (Dewi Sungai) yang dipuja dengan permohonan agar mendapat kekuatan hidup atau kesehatan. Saraswati juga disebut sebagai Dewi Ucap (pengetahuan dan kebijaksanaan). Sebagai wach atau Dewi Kata-kata Saraswati ditemui di dalam kitab-kitab Brahmana, Ramayana dan Mahabrata. Lain lagi di dalam Purana, Dewi Saraswati juga ditempatkan sebagai “sakti” Dewa Brahma. Nama-nama lain yang diperuntukkan bagi Dewi Saraswati ini adalah; Sarada, sebagai Dewi yang memberikan sari-sari kehidupan; Wangiswari, sebagai Dewi kata-kata dan kebijaksanaan; Bhatari, sebagai Dewi kebudayaan; Brami, sebagai sakti Dewa Brahma.
Meski dikenal dengan banyak nama, rupanya untuk masyarakat kebanyakan, Dewi Saraswati lebih dipandang sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan. Bahkan seorang pujangga Jawa Kuno, Mpu Tanakung dalam karyanya Wrettasancaya menjadikan Saraswati sebagai Istadewatanya sebagai tersurat :
Sanghyang Wangiswari ndah lihati satata bhaktingku I jong Dhattredewi/ pinrih ring citta munggwing sarasija ri dalem twas lanenastawangku/ nitya weha ng waranugraha kaluputa ring duhka sangsara wighna/ lawan tastu wruheng sastra sakala gunaning janma tapwan haneweh//
Artinya :
Sang Hyang Saraswati (Wagiswari), lihatlah senantiasa bhaktiku yang tak hentinya kepadaMu, O Dewi Pencipta Alam/hamba mengaharapkanMu bersemayam dalam padma hatiku, yang senantiasa hamba puja/agar senantiasa menganugrahi kemuliaan, sehingga luput dari duka nestapa dan halangan/dan semoga hamba dapat memahami sastra, serta memiliki keterampilan sebagai manusia, dan tidak ditimpa kesulitan//
Demikianlah Dewi Saraswati ternyata telah menjadi ista dewata dari para pemujanya. Dan khusus bagi kalangan terpelajar atau siapapun dari umat Hindu yang memuja Dewi Saraswati pada Saniscara Umanis Wuku Watugunung tentunya patut menyadari bahwa betapa pun yang namanya hari raya hanyalah sebagai media ritual yang senantiasa mengingatkan kita bahwa pada akhirnya yang membuat kita pandai, bijaksana, pintar berkata-kata, memperoleh kerahayuan hidup adalah diri kita sendiri atas waranugraha-Nya. Karenanya, memperingati hari piodalan Saraswati tidak cukup dengan “ngotonin buku” tetapi lebih jauh dari itu selalu berupaya dengan penuh kesadaran meningkatkan kualitas sradha dan bhakti kita tidak saja kepada Hyang Widhi tetapi juga kepada sesama insani.
Dewi Saraswati
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment