E-mail : pasek.trunyan@gmail.com
=

Benarkah Makanan Pengaruhi Tri Guna

Manusia hidup membutuhkan makanan. Tetapi manusia hidup bukan hanya untuk makan. Makan atau makanan merupakan kebutuhan dasar yang tidak bisa tidak harus dipenuhi. Dan pemenuhan kebutuhan hidup manusia akan makanan tidak lain untuk melangsungkan perikehidupan.

Secara biologis manusia membutuhkan berbagai rupa jenis makanan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan fisiknya. Mulai dari apa yang disebut karbohidrat, mineral, protein, vitamin dan lain sebagainya. Kesemua unsur yang dibutuhkan oleh tubuh itu akan sangat berpengaruh bagi tumbuh-kembangnya fisik. Dan jika salah satu atau beberapa unsur tidak bisa dipenuhi tentu akan menimbulkan gangguan fisik (sakit).

Memenuhi unsur-unsur atau zat-zat yang dibutuhkan tubuh juga tidak boleh berlebihan, sebab akibatnya juga sama yaitu sakit. Karena itu, baik dari segi ilmu kesehatan ataupun ilmu gizi dan juga menurut ajaran agama Hindu dalam hal memenuhi kebutuhan hidup manusia akan makanan tetap harus berpijak pada aturan.

Dan khusus untuk ketentuan yang berisi aturan tentang jenis-jenis makanan yang bisa mempengaruhi sifat-sifat Tri Guna, di dalam kitab suci Bhagavadgita X VII.8-10 secara terperinci sudah digambarkan yaitu:

Makanan yang memberi hidup, kekuatan tenaga, kesehatan, kebahagiaan dan kesenangan, yang terasa lezat, lembut menyegarkan dan enak adalah sangat disukai satvika, makanan yang pahit, asam, asin, pedas, banyak rempah, membakar, yang menyebabkan kesusahan, kesedihan dan penyakit disukai oleh orang rajasa, dan makanan yang usang, hilang rasa, busuk, berbau, bekas sisa-sisa dan tidak bersih adalah makanan yang sangat digemari oleh yang tamasa.

Suratan Bhagavadgita cukup jelas memberi gambaran sekaligus pilihan tentang jenis makanan yang bagaimana yang jika dinikmati akan memberi pengaruh terhadap sifat-sifat Tri Guna yang ada dan bersemayam pada setiap diri kita. Apakah kita ingin menumbuh kembangkan sifat satvika yang tenang dan bijaksana, sifat rajasa yang dinamis penuh nafsu atau sifat tamasa yang pasif dan malas? Kesemua pilihan dapat kita tentukan sendiri dan tentunya dengan hati-hati sebagaimana ditegaskan di dalam kitab suci Atharwa Weda, VI. 135.1, “hendaknya menikmati makanan dengan penuh hati-hati, sehingga makanan itu memberikan manfaat untuk kekuatan badan. Dengan cara ini seseorang mampu mengendalikan petir”.

Demikianlah makanan meskipun sangat dibutuhkan tidaklah berarti kita boleh dengan seenak selera memilih sembarang makanan untuk dinikmati. Sebab hal itu tidak saja berpengaruh terhadap kesehatan fisik tetapi juga terhadap kesehatan mental-spiritual kita.

No comments:

Post a Comment