E-mail : pasek.trunyan@gmail.com
=

Viveka, Atasi Rintangan

Atrânnâtmanyahamiti matirbandha eso’sya pumsah
Prâpto’jnânâjjananamaranaklesasampâtahetuh
Yanivayâm vapuridamast satyamityâtmabuddhyâ
Pusyatyuksatyavati visayaistantubhih kosakrdvat

(Vivekacudamani, 39)

DALAM konteks ini, rasa "keakuan" dalam anatma (bukan-diri) adalah rintangan bagi semua orang. Hal ini terjadi karena kegelapan dan sekaligus penyebab jatuhnya ke dalam jurang kelahiran dan kematian. Seperti halnya ulat sutra yang membawa jaring benang untuk dirinya, jiwa mengambil badan yang berubah ini sebagai nyata dan sebagai "aku", penyebab kegelapan, melindunginya, melumurinya, dan menghidupkannya.

Hidup penuh rintangan.

Bagi orang yang menginginkan kebebasan/kelepasan, rintangan yang tertinggi baginya adalah rasa "keakuan". Perasaan ini akan membawa seseorang selalu berada dalam penderitaan, dalam kelahiran dan kematian. Rasa "keakuan" membuat orang semakin jauh dari realitas dirinya yang sejati. Semakin kuat rasa "keakuan" seseorang maka semakin pekat pula kegelapan yang menyelimutinya. Jika segala sesuatunya adalah atma, segalanya adalah Tuhan, lalu kenapa ada rasa "aku"? Bagaimana hal tersebut dapat eksis? Memang tidak dapat disangkal bahwa segalanya adalah Tuhan (sarvam kalvidam brahman), tetapi Tuhan bebas dari segalanya. Maka dari itulah rasa "keakuan" ini eksis.

Memahami segala sesuatu dan Tuhan, atma dan bukan atma tidaklah realitas yang paralel atau sesuatu yang menempati kutub yang berlawanan. Realitas yang bukan atma sepenuhnya bergantung pada atma. Rasa "keakuan" dalam anatma (bukan atma) baik dalam badan kasar, badan halus, maupun badan penyebab adalah kekeliruan yang juga menjadi penyebab segala bentuk masalah. Anatma dikuasai oleh waktu, terbatas, dan menjadi subjek dari berbagai penderitaan.

Rintangan ini adalah bentuk dari kebingungan diri yang menyebabkan samsara, jatuh ke dalam kelahiran dan _ kematian berulang-ulang. Kelahiran itu sendiri adalah penderitaan, sebab dengan kita lahir segala bentuk tantangan hidup telah berada di depan kita. Demikian juga kematian adalah trauma yang sangat mengerikan yang menyebabkan setiap orang takut pada kematian. Kelahiran dan kematian adalah penderitaan, sehingga dengan sendirinya adalah rintangan.

Di antara kelahiran dan kematian yang dihadapi setiap orang, terdapat juga klesa. Kekeliruan berpikir dengan menganggap badan ini nyata (satya) padahal mithya (tidak nyata). Badan ini tidak nyata sebab selalu berada dalam perubahan. Orang yang tidak mampu awas, tidak mampu menyadari dirinya, dia akan menganggap badan ini sebagai yang nyata. Dengan menganggap bahwa badanini nyata, maka dia terbelenggu untuk selalu melindunginya, merawat agar selalu awet muda. Dia ingin badan ini selalu hidup dan takut dengan kematian. Tetapi masalahnya adalah bagaimanapun kita merawat badan ini, mencoba segala macam untuk mengawetkan badan ini, dia tidak dapat menghentikan usia. Usia terus bertambah dan kulit akan mengalami penuaan. Ketakutan inilah yang membuat penderitaan.

Orang yang selalu berpikir bahwa dia melindungi badan dengan benda duniawi, sesungguhnya menggali kuburan untuk dirinya. Sering terjadi bahwa sesuatu yang kita pikir dapat menyenangkan kita justru berbalik menghancurkan kita. Sepanjang kita makan dan tumbuh, kita akan selalu berkembang. Tetapi jika pertumbuhan• tersebut berada dalam posisi puncak dan mulai mengalami penuaan, maka makanan yang kita makan akan berbalik memakan kita.

Keunggulan manusia dibandingkan dengan binatang lain adalah dia memiliki wiweka. Dengan wiweka manusia akan selalu menganalisis diri dalam kehidupan ini. Dia memiliki daya beda untuk membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata. Kemampuan untuk membedakan ini akan mengantar seseorang menuju kemuliaan dirinya, mengantarkan dirinya menuju kebebasan hakiki. Dengan wiweka dia akan selalu bang kit dari berbagai keruntuhan yang dialaminya. Dia tidak akan mengenal lelah untuk terus berusaha menjadikan dirinya menjadi lebih baik, sehingga tujuan tertinggi akan dicapai. Melalui wiweka dia menyadari bahwa rasa "keakuan" lah penyebab segala rintangan, sehingga dengan kesadaran itu dia akan mampu melenyapkan segala rintangan dan mencapai kebahagiaan tertinggi.

No comments:

Post a Comment