E-mail : pasek.trunyan@gmail.com
=

Makna Tumpek Wayang

Tumpek Wayang
Dalam rerainan umat Hindu, khususnya di Bali dikenal ada enam macam Tumpek yang jatuhnya selalu pada Sapta Wara dan Panca Wara yang sama yaitu Saniscara (sabtu) Kliwon, sedang wukunya berbeda-beda. Kalau jatuh pada wuku Landep disebut Tumpek Landep (rerainan untuk benda-benda lancip yang dibuat dari logam) seterusnya disebut menurut wukunya : Tumpek Wariga (rerainan untuk tanem-tuwuh), Tumpek Kuningan (rerainan Kuningan), Tumpek Klurut (rerainan untuk kesenian), Tumpek Uye (rerainan untuk sarwa unbuan) dan Tumpek Wayang yang tidak lain merupakan rerainan untuk memohon kerahayuan kehadapan Hyang Widhi dalam manifestasinya segala dewanya segala jenis tetabuhan (alat musik tradisional) dan wayang kulit, yaitu Dewa Iswara.

Yang di mohonkan kerahayuan pada rerainan Tumpek itu adalah semua jenis “reringgitan” seperti wayang termasuk juga arca, pratima serta jenis tetabuhan yang menyertai seperti gong, gender, di tambah dengan gambang, genta, gendongan. Kesemua itu dilakukan sebagai sibol bahwa umat manusia sebenarnya tidak ubahnya seperti wayang dengan berbagai tokoh serta dinamika peran dalam layar pementasan atau panggung sandiwara. Dengan diiringi berbagai jenis tetabuhan manusia melakoni berbagai peran untuk akhir dari segala tujuan berikhtiar mencapai-nya, yang tidak lain dari Dalang dari segala sang Dalang. Karena itu melaksanakan rerainan Tumpek Wayang sesungguhnya bermakna mengingatkan kembali untuk selanjutnya dengan kesadaran tinggi manusia memahami hakikat Sang Diri.

Memang rerainan Tumpek Wayang ini diumumkan terbatas dilakukan di kalangan dalang atau pemilik wayang. Meski begitu melalui reraianan Tumpek Wayang ini umat selalu diajak bercermin pada wayang dengan segala tokoh dan peranannya. Adakah kita seperti Darmawangsa, Arjuna, Bima, atau masih seperti Sekuni, Duryadana. Bercermin pada wayang itu penting untuk memperbaiki citra diri atau penyempurnaan karma masing-masing.

Mengenai arti filosofi dari setiap perangkat dalam pementasan wayang, antara lain dapat disebutkan :

1. Kelir (layar) Wayang : merupakan simbol ruang, alam permukaan bumi. Juga dapat dikatakan sebagai lambang badan jasmani yang akan menampakkan bayangan hati dan menggambarkan gejolak Tri Guna.

2. Lampu Belencong : melambangkan matahari yaitu sinar hidup yang terpancar dari Hyang Widhi. Juga merupakan sinarnya Jiwatma yang memberikan sinar kepada Tri Guna.

3. Dalang : simbol dari Hyang Widhi yang berkuasa atas segala tokoh dan peran yang dimainkan manusia. Dalang juga merupakan jiwatma yang memberikan sinar/kekuatan melalui suksma sarira sehingga sthula sarira menjadi hidup dan dinamis.

4. Wayang : tidak lain merupakan lambang makhluk-makhluk ciptaannya: manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, masing-masing lahir hidup-mati sesuai kehedak-Nya. Gedog (tempat wayang) sendiri merupakan simbol Tri Kona (lahir hidup-mati)

5.gender : merupakan irama dinamis dari perjalanan zaman. Juga merupakan suara suksma tentang kehidupan kematian.

No comments:

Post a Comment